Sejarah Obat Kuat VIAGRA
Sejarah Obat Kuat VIAGRA – Modern ini (sahabat mungkin menyebutnya jaman ZOW) begitu beragam jenis obat generik untuk impotensi beredar di pasaran baik itu di toko-toko terdekat maupun dijual lewat media internet. Salah satu obat yang sejak dahulu menjadi primadona di beberapa negara yakni terutama di kalangan pria dewasa yang mengalami masalah impotensi adalah VIAGRA.
Melirik ke tempo doeloe, sejarah dari VIAGRA itu sendiri tergolong unik jika dibandingkan dengan obat sejenisnya. VIAGRA sebenarnya berawal dari salah satu fasilitas penelitian di Inggris tepatnya di Pfizer’s Sandwich dimana pada tahun 1989 memformulasikan suatu obat untuk pengobatan khusus nyeri dada yang berhubungan dengan jantung manusia. Dalam formulasinya para Ahli Kimia Farmasi di sana melakukan sintesis dan menemukan suatu senyawa bernama Sildenafil. Senyawa Sildenafil sendiri memiliki rumus kimia C22H30N6O4S dengan massa molar sebesar 474.5764 g/mol.
Sintesis terhadap senyawa Sildenafil ini dilakukan agar dapat digunakan dalam mengatasi Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan Angina Pektoris (salah satu gejala penyakit jantung iskemik). Setelah para ahli kimia Farmasi tersebut selesai mensintesa senyawa utama penyusun VIAGRA dalam hal ini senyawa Sildenafil, selanjutnya uji klinis pun dilakukan untuk pertama kalinya di Swansea tepatnya di Rumah Sakit Morriston.
Di bawah arahan Ian Osterloh pada uji klinis fase awal memberikan kesan bahwa obat yang mengandung senyawa Sildenafil ini (pada saat itu belum bernama VIAGRA) tidak banyak memberikan pengaruh dalam mengatasi penyakit Angina yang dialami oleh pasien. Namun anehnya dalam jangka waktu tertentu setelah mengonsumsi obat tersebut justru memicu ereksi pada organ kelamin luar bagi pasien pria.
Pengujian terhadap efek dari senyawa Sildenafil pun terus dilakukan pada fase-fase berikutnya, dan memang terbukti justru lebih memicu ereksi pada organ kelamin luar bagi pasien pria yang mengonsumsinya. Melihat dari segi peluang ekonomi dan efek biokimiawi yang dihasilkan pada saat fase uji coba, olehnya itu badan Farmasi Pfizer’s memutuskan untuk memasarkannya sebagai obat bagi pria yang mengalami impotensi atau yang biasa disebut dengan istilah disfungsi ereksi, bukan lagi untuk mengatasi Hipertensi dan Angina Pektoris sebagaimana tujuan awal dari pensintesisan senyawa Sildenafil.
Tidak sebatas pada reposisi obat tersebut saja yang dilakukan oleh para ilmuan Farmasi Pfizer’s di Inggris, namun usaha untuk memaksimalkan produk obat yang memiliki kandungan Sildenafil terus dilakukan. Terbukti pada tahun 1996, obat ini dipatenkan oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat menjadi obat untuk mengatasi impotensi (disfungsi ereksi).
Kemudian pada tanggal 27 Maret 1998, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menetapkan bahwa obat yang mengandung Sildenafil tersebut menjadi pengobatan pertama yang disetujui untuk mengobati disfungsi ereksi di negara Paman Sam tersebut. Sejak saat itu obat yang mengandung senyawa Sildenafil tersebut dikenal dengan nama VIAGRA atau Obat Kuat Viagra.
Produksi obat sidenafil (VIAGRA) pada saat itu telah dipasarkan namun tetap mengalami pembatasan dengan berbagai alasan termasuk penggunaannya harus dalam resep apoteker dan dokter. Di tahun 2000 penjualan obat sidenafil (VIAGRA) menyumbang sekitar 92% dari pasar global untuk pil disfungsi ereksi.
Kemudian di tahun 2007 sekitar bulan Februari badan Farmasi di Inggris mencoba penjualan VIAGRA secara bebas di toko-toko di Manchester Inggris. Namun konsumennya masih tetap dibatasi untuk hanya membeli sebanyak empat tablet bagi yang berusia antara 30 sampai 65 tahun itupun setelah mereka berkonsultasi dengan apoteker dan dokter.
Dalam peredaran obat VIAGRA pada beberapa tahun berikutnya, disinyalir oleh badan Farmasi Pfizer’s (produsen resmi VIAGRA) bahwa terdapat berbagai pihak yang tidak bertanggungjawab menduplikat alias memalsukan produk yang mengatasnamakan obat yang mengandung Sildenafil yang beredar di pasaran.
Kendati demikian, pada 6 Mei 2013 badan Farmasi Pfizer’s yang memproduksi VIAGRA, mengumumkan melalui Associated Press bahwa mereka akan mulai menjual obat VIAGRA langsung kepada pasien yang ingin mengonsumsinya.
Dalam perkembangannya untuk kali pertama VIAGRA versi generiknya sendiri pertama kali dirilis oleh perusahaan Pfizer yaitu di tahun 2017 yang lalu. Kemudian di tahun 2018 kemarin, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS) telah menyetujui 15 produsen obat untuk memasarkan sildenafil generik di Amerika Serikat. Tujuh dari perusahaan ini berbasis di India.
Kinipun distribusi baik itu Export dan Import dari produsen resmi melalui distributor resmi ke konsumen telah banyak dilakukan di berbagai negara termasuk di negara tercinta, Indonesia. Sehingga produk yang mengandung senyawa Sildenafil ini dapat diproleh dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan dewasa yang mengalami masalah impotensi (disfungsi ereksi) di dunia.